Selasa, 14 April 2015

Emosi, Elemen Substansial INFP

Isabel Meyer-Briggs dan ibunya Katherine Briggs pada tahun 1962 menciptakan inventori kepribadian yang membagi kepribadian manusia ke dalam 16 tipe kepribadian. Setelah selidik sana-sini, aku (untuk kali ini) yakin kalau kepribadianku ialah INFP. It stands for Introversion, Intuition, Feeling and Perceiving. You see that word Feeling, buddy? Yap, INFP memiliki preferensi untuk memutuskan sesuatu berdasarkan perasaan, a.k.a mengikuti kata hati. Sebenarnya Feeling bukan berarti seseorang itu emosional dan nggak logis. Akan tetapi, ketika seseorang sering 'berbincang' dengan hatinya, maka disitulah seseorang menjumpai yang namanya emosi. Oleh karena itulah, seorang INFP akan akrab dengan emosi di dalam dirinya, baik itu sedih, marah, bahagia, campur aduk. akan tetapi pada kasusku, aku memang begitu terikat dengan emosi, dan terkadang hal itu menimbulkan dampak yang kurang menyenangkan.

Aku seorang yang memiliki mood swings. Terkadang moodku sering berganti-ganti, bahkan tanpa alasan yang jelas (atau karena terlalu banyak alasan jadi nggak bisa disortir). Aku bisa dari senang ke sedih dan sebaliknya,namun untung masih belum ekstrim sih, jadi belum dikategorikan manic or bipolar. Hal ini sih kadang bagus kalau lagi sedih bisa cepat hilang dan ceria lagi. Akan tetapi ketika sebaliknya, hmmm... my happiness always falls short. Tidak hanya rasa tidak enak di diri sendiri, tapi mood swings ini kadang ngaruh juga ke lingkaran sosial.

Aku mungkin bukan orang yang wearing my heart on my sleeve, emosiku lebih banyak berputar di dalam dibandingkan harus ditunjukkan di luar. However, once i don't feel right, i seldom can act as if i were alright. My nerves feel strained, so, ketika moodku lagi low dan ada orang yang menyapa, ngajak ngobrol, sering aku nggak bisa memaksa bibir paling tidak untuk tersenyum, Ini membuatku terkesan jutek dan berjarak di mata orang lain, i just can't act happy when i'm not. Mungkin karena terlalu terbalut dengan emosi inilah yang membuat orang-orang agak malas berurusan denganku :3

Karena tersambung langsung dengan perasaan, kadang-kadang aku otomatis menangkap sesuatu dengan terlebih dahulu disaring pake perasaan. Nggak jarang aku suka baper, walaupun nggak jelas-jelas amat sih, since i prefer to reserve reaction. Akhirnya muncul deh percikan-percikan emosi tak jelas dan campur aduk yang pastinya bakal ngganggu banget kehidupan sehari-hari yang menuntuT praktikalitas dan impersonalitas.

Intinya, sebagai seorang INFP, seperti ada kabel penyambung antara diri dengan pusat perasaan yang mampu menimbulkan berbagai emosi. If i couldn't manage it, sometimes it interferes my life, and it's something that very much disturb my activity, relationship, as well as my soul in general. Akan tetapi, emosi adalah ladang kreativitas. Dekat dengan emosi berarti kita tidak membatasi diri dengan dunia logika saja, namun something beyond it too. Maka dari itu nggak jarang seniman yang tipe kepribadiannya adalah INFP. I hope i can manage my world of emotions, and turn it into something beautiful :)